Cite This        Tampung        Export Record
Judul Kopi : aroma, rasa, cerita / penulis, Anton Septian, Praga Utama, Syailendra Persada, Gabriel Wahyu Titiyoga, Reza Maulana, Mahardika Satria Hadi, Khairul Anam, Raymudus Rikang, Istman Musaharun, Angelina Anjar Savitri, Amri Mahbub, Agus Supriyanto ; penyunting, Muhammad Taufiqurrohman
Pengarang Anton Septian (penulis)
(Anton Septian)
(penulis)
(Anton Septian)
(penulis)
(Anton Septian)
(penulis)
Muhammad Taufiqurrohman (penyunting)
EDISI Cetakan pertama, 2018
Penerbitan Jakarta : Pusat Data dan Analisa Tempo, 2018
Deskripsi Fisik 121 halaman :foto berwarna, ilustrasi berwarna ;23 cm
Konten teks
Media tanpa perantara
Penyimpan Media volume
ISBN 978-602-6773-23-4
Subjek Kopi
Abstrak Lima belas tahun setelah benih kopi arabika pertama kali ditanam Belanda di Jawa pada 1696, Bupati Cianjur Aria Wira Tanu mengirimkan empat kuintal kopi arabika varietas tipika ke Amsterdam. Ekspor kopi untuk pertama kalinya itu memecahkan harga di pasar Amsterdam. Pada 1726, sebanyak 2.145 ton kopi asal Jawa membanjiri daratan Eropa dan menggeser dominasi kopi Mocha asal Yaman. Sejak itu, kopi asal Jawa populer dengan sebutan Java Coffee. Tak selamanya kopi arabika Nusantara berjaya. Menjelang 1880, jamur Hemileia vastatrix memakan daun kopi seperti karat menghabisi besi. Penyakit karat daun ini mengakibatkan Nusantara kehilangan potensi ekspor sampai 120 ribu ton. Dua puluh tahun kemudian, perusahaan perkebunan Soember Agoeng di Malang, Jawa Timur, mulai menanam 150 benih Coffea canephora var. Robusta. Kopi asal Kongo, Afrika ini dibeli dari Pembibitan Hortikultura Kolonial di Brussels, Belgia. Kini, robusta yang lebih tahan penyakit ini menguasai 73 persen produksi kopi Indonesia. Lima tahun terakhir,

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000243621 633.73 ANT k Dapat dipinjam Perpustakaan Bung Karno - Layanan Koleksi Umum Tersedia
00000243622 633.73 ANT k Dapat dipinjam Perpustakaan Bung Karno - Layanan Koleksi Umum Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000001063108
005 20210527092619
007 ta
020 # # $a 978-602-6773-23-4
035 # # $a 0010-0521000173
040 # # $a JIPUPBK$b Ind$e rda
041 0 # $a ind
082 0 4 $a 633.73$2 [23]
084 # # $a 633.73 ANT k
090 # # $a 633.73 ANT k
100 0 # $a Anton Septian $e penulis$e Anton Septian $e penulis$e Anton Septian $e penulis$e Anton Septian $e penulis
245 1 0 $a Kopi : $b aroma, rasa, cerita /$c penulis, Anton Septian, Praga Utama, Syailendra Persada, Gabriel Wahyu Titiyoga, Reza Maulana, Mahardika Satria Hadi, Khairul Anam, Raymudus Rikang, Istman Musaharun, Angelina Anjar Savitri, Amri Mahbub, Agus Supriyanto ; penyunting, Muhammad Taufiqurrohman
250 # # $a Cetakan pertama, 2018
260 # # $a Jakarta :$b Pusat Data dan Analisa Tempo,$c 2018
300 # # $a 121 halaman : $b foto berwarna, ilustrasi berwarna ; $c 23 cm
336 # # $a teks$2 rda content
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 3 # $a Lima belas tahun setelah benih kopi arabika pertama kali ditanam Belanda di Jawa pada 1696, Bupati Cianjur Aria Wira Tanu mengirimkan empat kuintal kopi arabika varietas tipika ke Amsterdam. Ekspor kopi untuk pertama kalinya itu memecahkan harga di pasar Amsterdam. Pada 1726, sebanyak 2.145 ton kopi asal Jawa membanjiri daratan Eropa dan menggeser dominasi kopi Mocha asal Yaman. Sejak itu, kopi asal Jawa populer dengan sebutan Java Coffee. Tak selamanya kopi arabika Nusantara berjaya. Menjelang 1880, jamur Hemileia vastatrix memakan daun kopi seperti karat menghabisi besi. Penyakit karat daun ini mengakibatkan Nusantara kehilangan potensi ekspor sampai 120 ribu ton. Dua puluh tahun kemudian, perusahaan perkebunan Soember Agoeng di Malang, Jawa Timur, mulai menanam 150 benih Coffea canephora var. Robusta. Kopi asal Kongo, Afrika ini dibeli dari Pembibitan Hortikultura Kolonial di Brussels, Belgia. Kini, robusta yang lebih tahan penyakit ini menguasai 73 persen produksi kopi Indonesia. Lima tahun terakhir, demam kopi melanda Indonesia, kebanyakan dari varietas arabika. Kafe menjamur di kota-kota besar. Kopi bukan lagi sekadar kebutuhan, tapi sudah menjadi gaya hidup. Mereka tak hanya menyesap kopi, tapi juga mengulik sejarahnya, bagaimana kopi itu diolah, dan disajikan. Mereka tak lagi menginginkan kopi “bikinan” mesin, tapi menghendaki kopi yang diseduh manual (manual brew). Istilah single origin atau specialty sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari “upacara” minum kopi. Permintaan akan arabika pun kembali menggeliat. Banyak pekebun kopi yang kini kewalahan memenuhi permintaan arabika di pasar domestik. Gabungan Eksportir Kopi Indonesia mencatat, pertumbuhan konsumsi kopi dalam negeri mencapai delapan persen, lebih tinggi dibandingkan konsumsi dunia, juga lebih besar dari pertumbuhan produksi kopi dalam negeri. Maka, biji-biji kopi dari Gayo, Lintong, Malabar, Bali, Bajawa, Toraja, hingga Wamena menyebar ke seluruh penjuru Nusantara. Tak hanya ke kafe-kafe, tapi juga pojok-pojok kecil di rumah para penggemar “kopi gelombang ketiga.”
650 # 4 $a Kopi
700 0 # $a Muhammad Taufiqurrohman$e penyunting
850 # # $a JIPUPBK
990 # # $a 0291/PBK/KU/2021
990 # # $a 0291/PBK/KU/2021
990 # # $a 0292/PBK/KU/2021
990 # # $a 0292/PBK/KU/2021
Content Unduh katalog